Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan masih mengalami kontraksi sepanjang tahun ini. Kontribusi negara maju dalam mendorong pertumbuhan ekonomi hanya 0,6 persen, turun dibanding kontribusinya selama 2011 yang mencapai 0,8 persen. Padahal, pada periode 2000-2005, negara-negara maju memberikan kontribusi sebesar 1,7 kepada perekonomian dunia. Begitu pula pertumbuhan Asia akan terpangkas 1 persen menjadi 8 persen. Adapun kawasan ASEAN dipandang masih melaju.
Di ASEAN, hanya Singapura dan Vietnam yang mengalami perlambatan pada kuartal keempat tahun lalu. Saya menilai surplus perdagangan Cina terus menurun sebesar 17 persen, yang setara dengan US$ 150 juta. Industri manufaktur India dan Jepang, yang selama ini menjadi penopang ekonomi, juga merosot. Masing-masing turun 5,1 persen dan 4 persen.
"Ketidakpastian global mempengaruhi laju inflasi yang mengalami penurunan"
Pemerintah melalu Departemen Keuangan telah menyiapkan beberapa langkah mitigasi krisis, di antaranya mengeluarkan kebijakan percepatan dan perbaikan penyerapan belanja, menyusun protokol manajemen krisis, menyusunbond stabilization framework (stabilisasi nilai obligasi), serta mengalokasikan dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp 15,8 triliun. Realisasi anggaran harus tetap dijaga pada tingkat yang aman untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional. Dan pemerintah harus selalu mewaspadai krisis ekonomi mini seperti yang terjadi pada 2011.
Bapenas memperkirakan total ekspor nasional akan turun 4,4 persen pada 2012 jika daya beli masyarakat di kawasan Amerika dan Eropa turun 25 persen. Langkah diversifikasi harus dilakukan, value added ditambah, disertai dengan penguatan daya saing produk nasional. Secara kasar saya memprediksi penurunan tingkat konsumsi juga akan dialami negara-negara Asia, seperti Cina, Malaysia, dan Jepang. Padahal ekspor nonmigas Indonesia ke Cina mencapai 13,1 persen, Malaysia 5,6 persen, dan Jepang 11,27 persen.
Kita harus mewaspadai dampak penurunan ekspor karena berkurangnya konsumsi di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Kemungkinan sektor industri yang paling terkena dampak buruk jika konsumsi di negara Eropa dan Amerika turun adalah produk kulit, tekstil, dan produk tekstil serta perikanan. Hal ini karena sebagian besar produk tekstil Indonesia menyasar pasar Amerika, sedangkan ekspor kulit dan barang kulit mengandalkan pasar Eropa.
Sektor | Pertumbuhan (Persen) |
Kulit | -19,17 |
Produk kayu | -4,66 |
Kimia dan Plastik | -5,49 |
Kertas | -1,79 |
Mesin dan Kendaraan | 0,86 |
Mineral | 1,5 |
Elektronik | 1,81 |
Keuntungan komparasi menjadi salah satu faktor penting yang dapat menahan penurunan ekspor dalam negeri. Menurut saya untuk menjaga daya saing ekspor, Indonesia harus menjaga kepercayaan pasar, meningkatkan investasi, mendorong sektor eksternal, mempertajam anggaran pendapatan dan belanja negara, dan menjaga daya beli masyarakat.
Indonesia akan menerima dampak lanjutan saat negara lain terkena imbas langsung dari guncangan eropa. Ini yang perlu diwaspadai.
Reza Faizal Daradjat
No comments:
Post a Comment